<div style="text-align: justify;"> Bertani pandan belum begitu banyak dilirik oleh para petani, padahal bila dicermati bertani pandan cukup memberikan jaminan penghasilan. Mengingat pandan adalah salah satu bagian dari sarana persembahyangan bagi umat Hindu, yang hampir digunakan setiap harinya. Maka tidak salah permintaan akan pandan ini begitu banyak, apalagi gaya hidup masyarakat yang serba instan dan lebih memilih membeli sarana persembahyangan dari pada membuatnya.            </div> <div style="text-align: justify;"> Begitu yang dipikirkan salah satu petani muda yang berasal dari Banjar Sangiang Desa Kekeran ini. Dia adalah I Wayan Sudiasa petani muda ini mencoba bertani pandan pada areal sawah yang dikontraknya. Areal sawah yang berada di lingkungan Banjar Penyarikan ini ditanami pandan seluas 8 are. Dari penanaman bibit hingga masa panen memerlukan waktu kurang lebih 10 bulan. Dan pada masa panen, satu pohon pandan bisa dipetik 2 kali dalam seminggu. Pada saat diwawancarai pada hari kamis (9/8) di areal sawah kontrakannya Pak Wayan juga menyampaikan dia sampai kewalahan memenuhi permintaan para pedagang canang yang menjadi langganannya. </div> <div style="text-align: justify;"> Sebenarnya bertani pandan mempunyai prospek menjanjikan kedepannya, mengingat kebutuhan akan pandan di Bali cukup tinggi. Tetapi dibalik semua keunggulan bertani pandan ada beberapa kendala yang dihadapi petani seperti pengairan untuk tanaman pandan harus mencukupi, pemberian pupuk yang teratur dan juga pembersihan rumput ilalang yg akan mengganggu tanaman pandan . Bertani pandan juga memerlukan ketekunan, karena menggeluti suatu usaha baru memerlukan kesabaran dalam menjalani agar bisa mendapatkan hasil yang maksimal begitu ujar Pak Wayan sambil tersenyum kecil . 004 (KIM/KKR)</div>
Petani Pandan Kewalahan Penuhi Permintaan Pasar.
09 Aug 2018